Perang Dagang 2 Negara Adidaya Serta Dampak Ekonomi Terhadap Tiongkok dan AS

Perang Dagang 2 Negara Adidaya Serta Dampak Ekonomi Terhadap Tiongkok dan AS

Perang Dagang 2 Negara Adidaya Serta Dampak Ekonomi Terhadap Tiongkok dan AS – Perang dagang 2 Negara adidaya telah di mulai, dengan perang tarif yang kian memanas, AS mematok angka 125 persen sementara Tiongkok membalas dengan 84 persen.

Ketika negara-negara lain berebut untuk menegosiasikan kembali tarif baru dengan washington, China sepertinya tidak akan mundur begitu saja. Cina mengatakan perang dagang donal trump dengan Beijing, akan berakhir dengan kegagalan bagi washington, beberapa jam setelah presiden AS mengumumkan bahwa ia akan meningkatkan tarif impor terhadap negara itu menjadi 125 persen.

Presiden AS Donal Trump telah lama menunduh negara-negara lain, terutama tiongkok mengeksloitasi AS dalam perdangan, dan menyatakan bahwa agenda proteksionismenya di perlukan untuk menghidupakan kembali manufaktur dalam negeri dan membuka kembali lapangan kerja di Amerika.

Baca juga : China Pamer Roket Hingga Saingi Space X

Seberapa Besar Perang Dagang USA-Tiongkok Kali ini?

Perang dagang AS-Cina mencapai tingkat eskalasi yang belum pernah terjadi minggu ini. Namun perang dagang sebenarnya telah berlansung secara efektif sejak masa jabatan pertama trump. Pada Januari 2018, Pemerintahan Trump menentapkan tarif impor untuk cina yang langsung di balas Beijing. Meskipun kesepakatan telah di capai antara kedua negara pada tahun 2020, sebagaian besar tarif tetap berlaku hingga eskalasi terbaru.

Pada 2024, AS menimpor barang dan jasa senilai sekitar $440 miliar dari cina, dibandingkan dengan $145 miliar dari arah sebaliknya. Ini berati bahwa Tiongkok memiliki surplus perdangan yang sangat besar dengan AS. Hal itu dibuktikan China mengekspor jauh lebih banyak daripada mengimpor barang-barang AS.

Tidak cukup hanya sampai disitu, pada 5 maret, Trump menggandakan tarif impor Cina menjadi 20 persen. Sebulan kemudian, 2 April 2025, ia kembali menaikkan tarif untuk Cina sebesar 34 persen-sehingga totalnya menjadi 54 persen. Cina tentu saja tak tinggal diam. Pada 4 April, Cina mengumumkan tarif balasan sebesar 34 persen untuk impor AS.

Oleh karena hal itu, Trump marah. Ia mengancam akan mengenakan tarif yang lebih tinggi kecuali jika beijing menarik pungutannya atas barang-barang AS. Jika Cina tidak menarik kenaikan 34 pesen di atas pelanggaran perdangan jangka panjang mereka paling lambat besok, 8 april 2025, Amerika Serikat akan memberlakukan Tarif Tambahan terhadap China sebesar 50 persen Efektif 9 april, Kata Trump melalui platform Truth Social pada senin.

Apa Dampak Perang Tarif Terhadap China dan AS?

Pada 3 April, lembaga pemerintah Fitch menurunkan peringkat kredit pemerintah China, mengutip utang pemerintah yang meningkat dengan cepat dan risiko-risiko pada keuangan publik, karena yang meningkat dengan cepat dan risiko-risiko pada keuangan publik, karena para pembuagt kebijakan bersiap-siap untuk melindungi ekonomi dari kenaikan tarif.

Namun, bagi ghosh, ada kecenderungan barat untuk melihat keruntuhan ekonomi Tiongkok dalam waktu dekat. Saya jauh lebih khawatir tentang ekonomi AS, ujarnya.

Selain itu, Goldman Sachcs memprediksi bahwa USA akan terhindar dari resesi, namun nyaris tidak terjadi. Menurut Axios, tim ekonomi Goldman Sachs lebih akurat daripada kebanyakan tim ekonomi lainnya dalam beberapa tahun terakhir dan sekarang memperkirakan pertumbuhan PDB sebesar 0.5 persen di tahun ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *